RAJA TERAKHIR
Meski para ahli arkeologi belum bisa memastikan lokasi istana kerajaan ini, tapi temuan sejumlah candi dari susunan batu bata merah menggambarkan tempat ini pada zamannya merupakan pusat agama Hindu-Budha Tantrayana yang penting.
Dharmasraya diyakini merupakan lanjutan dari Kerajaan Malayu yang semula berpusat di muara Jambi dan eksis sezaman dengan Kerajaan Sriwijaya di Palembang. Setelah Sriwijaya hancur, pusat kerajaan kemudian dipindahkan ke Dharmasraya melalui Sungai Batanghari. Dharmasraya eksis sekitar 1286 hingga 1347 Masehi.
Meski begitu, ibukota Kerajaan Malayu ini juga pernah dipindahkan dari Dharmasraya ke Suruaso di Tanahdatar oleh Raja Akarendrawarman yang diperkirakan paman Adityawarman pada 1310. Dharmasraya berubah status menjadi semacam provinsi. Pemindahan diduga terkait pencarian sumber emas yang lebih banyak dan alasan keamanan.
Di era pemerintahan Raja Adityawarman, raja yang terkenal meninggalkan banyak prasasti di Pagaruyung ini diduga sudah berkedudukan di Saruaso. Adityawarman diduga sebagai raja terakhir ketika agama Hindu-Buddha perlahan namun pasti terkena Islamisasi di Pulau Sumatera yang dimulai abad ke-12 hingga abad ke-15.
Jika Anda ingin melihat kebesaran bekas Kerajaan Dharmasraya yang bisa dilihat adalah beberapa candi yang sebagian telah selesai dieskavasi Balai Pelestarian Cagar Budaya (BPCB) Batusangkar sejak dimulai 1990. Selain itu juga terdapat sejumlah lokasi bekas candi yang belum dieskavasi.
Tapi Anda tidak bisa membayangkan candi-candi tersebut seperti candi dari batu seperti di Jawa. Candi-candi ini terbuat dari batubata merah seperti Candi Muara Takus di Jambi. Itupun kerusakan yang parah menyebabkan hasil final pembangunan kembali candi tingginya tak sampai 2 meter.
Kompleks-kompleks candi ini terletak terpisah di seberang sungai Batanghari. Mengunjungi satu lokasi candi ke lokasi yang lain hanya bisa ditempuh dengan perahu motor berjarak hingga 7 km.
Komplek Candi yang terkenal adalah Padang Roco di Sungai Langsat. Di kompleks candi terdapat sebuah candi induk dan dua candi perwara atau candi pengawal. Di sinilah ditemukan alas Arca Amoghapasa yang berisi prasasti yang menyebutkan Ekspedisi Pamalayu. Sedangkan Arca Amoghapasa ditemukan di Situs Rambahan berjarak 7 km arah ke hulu.
Di pinggir sungai, tak jauh dari kompleks candi inilah Arca Bhairawa ditemukan Pemerintah Kolonial Belanda pada 1935, kemudian dibawa ke Bukittinggi, lalu dipindah ke Museum Nasional.
SATU ARCA MASUK SUNGAI
Menurut Bakhtiar, 54 tahun (pada 2007) warga setempat yang juga penjaga candi Padang Roco, ketika ditemukan di Sungai Lansek, kira-kira 10 meter dari bibir sungai, ada dua Archa Bhairawa.
Namun ketika diangkut pada zaman Kolonial Belanda itu, sebuah arca terjatuh dari rakit ke dalam sungai Batang Hari. Lokasi jatuhnya kini telah menjadi sawah, namun belum ada upaya penggalian untuk mencarinya.
“Ada penduduk sekarang berusia lebih 80 tahun yang ingat waktu kecil menyaksikan dua arca itu tergeletak di sini, sebelumnya posisinya berdiri dan kedua arca itu perlahan-lahan rebah karena sering disenggol gajah yang menggaruk-garukan badannnya ke sana,” ujarnya.
Sayang cerita ada duanya arca ini tak pernah tercatat dalam sejarah penanganan arca Bhairawa.
Posisi kedua arca tersebut menjadi gerbang masuk dari sungai menuju lokasi situs yang diperkirakan dulunya seluas 500 meter kali 500 meter. Lokasi Padang Roco yang luas diduga dulunya juga menjadi pusat Kerajaan Dharmasraya.
Kompleks candi lain yang menarik adalah Kompleks Candi Pulau Sawah I dan Pulau Sawah II. Kompleks ini sebuah bukit seluas 15 hektare yang hampir seluruhnya dikelilingi sungai Batanghari yang bertemu anak Sungai Pingian.
Meski di sini diindikasikan terdapat 11 struktur bangunan dari batubata dan tiga di antaranya sudah dipastikan bangunan candi, namun baru dua candi yang sudah diekskavasi dan dibangun kembali.
Membayangkan 11 candi terletak di atas bukit ini dan berada di lokasi penting sungai Batanghari yang menjadi jalan raya di masa lampau, terasa Dharmasraya merupakan kerajaan besar.
Dengan lebar sungai 500 meter dan dalam 5 meter, sungai ini menjadi jalur transportasi penting di masa lampau dari Muara Jambi di Selatan Malaka menuju pedalamann Sumatra Barat dengan banyak kapal melayarinya yang bahkan sampai bermuatan lebih 100 orang.
Sebenarnya masih banyak lokasi candi yang bekasnya ditemukan di sekitar tempat itu. Misalnya Kompleks Candi Awang Maombiek yang sampai sekarang belum diekskavasi. Upaya pemerintah terlihat sangat terbatas untuk mengerjakan ini.
Kompleks Pulau Sawah terletak di seberang sungai dari Rumah Gadang Kerajaan Siguntur. Kerajaan Siguntur diyakini lanjutan dari Kerajaan Dharmasraya setelah Islam.
Bertemu dengan keluarga kerajaan yang dipimpin raja ketujuh Kerajaan Siguntur, Sultan Hendri Tuanku Bagindo Ratu, kami diperlihatkan dua stempel kerajaan. Satu stempel bergambar bunga Padma yang diyakini stempel Kerajaan Dharmasraya dan satu stempel bertuliskan huruf Arab zaman Kerajaan Siguntur.
Keluarga kerajaan juga memperlihatkan sejumlah benda pusaka lain yang merupakan warisan dan hasil penggalian di situs candi Pulau Sawah. Di antara sejumlah pedang, tombak, guci, dan keris berbalut emas dan berhiaskan berlian. Juga sepotong bagian kaki patung sebesar jari dari emas.
Benda-benda ini tentu tidak bisa dilihat sembarang pengunjung. Apalagi ini hanya sedikit dari banyak peninggalan kerajaan yang sudah hilang di tangan penadah akibat lemahnya pengawasan penyimpanan benda pusaka.
Cara Ke Dharmasraya
- Lokasi candi-candi Dharmasraya belum dijadikan objek wisata yang digarap serius, karena itu fasilitas untuk turis hampir tidak ada.
- Satu-satunya cara ke lokasi adalah mendarat dengan pesawat di Kota Padang dan menempuh jalur darat 233 km sekitar 4 jam menuju Pulau Punjung, ibukota Kabupaten Dharmasraya. Ada bus umum ke sana, tapi lebih cepat menyewa mobil rental.
- Kunjungi Rumah Gadang Kerajaan Siguntur yang terletak di tepi Sungai Batanghari di Kenagarian (Desa) Siguntur. Anda bisa minta bantuan keluarga ini untuk informasi ke lokasi-lokasi candi. Lokasi Candi Pulau Sawah hanya bisa dilewati dengan menyeberang menggunakan sampan.
- Untuk mencapai Kompleks Candi Padang Roco bisa langsung dengan kendaraan. Tapi kendaraan Anda terpaksa menyeberangi sungai Batanghari dengan Sampan Penyeberangan.
- Jika tidak bisa langsung ke Padang ketika kembali, Anda bisa menginap di salah satu hotel kecil di Pulau Punjung.
- Cara lain ke lokasi candi adalah dengan meminta bantuan Balai Pelestarian Peninggalan Purbakala (BP3) Batusangkar Telepon 0752-71451 dan 0752-72322. (Syofiardi Bachyul Jb/JurnalisTravel.com)
(Tulisan ini berdasarkan liputan dan ditulis 2007, diperbarui 2016)
Tulisan dan foto-foto ini adalah hak milik JurnalisTravel.com dan dilarang mengambil atau menyalin-tempel di situs lainnya atau keperluan publikasi cetak di media lain tanpa izin. Jika Anda berminat pada tulisan dan foto bisa menghubungi redaksi@jurnalistravel.com untuk keterangan lebih lanjut. Kami sangat berterima kasih jika Anda menyukai tulisan dan foto untuk diketahui orang lain dengan menyebarkan tautan (link) ke situs ini. Kutipan paling banyak dua paragraf untuk pengantar tautan kami perbolehkan. (REDAKSI)