Oleh: Evi Suryanti
Aku akan menghadiri perayaan puncak Sail Selat Karimata yang diadakan di pantai Pulau Datok Sukadana, Kabupaten Kayong Utara,15 Oktober 2016. Aku sudah berkemas menunggu teman-teman dari konsorsium perempuan Kalimantan Barat menjadi tamu undangan.
Angin berhembus sangat dingin, maklum sehari sebelum perayaan hujan begitu derasnya hingga merobohkan beberapa stan pengujung. Kami berangkat bertiga diantar seorang teman. Bimbang rasanya, takut tidak bisa masuk ke dalam.
”Kalau tidak bisa masuk kita jalan kaki saja,” kata Era.
Solusi yang baik, pikirku. Akhirnya kami sampai di pintu gerbang dan benar saja tidak bisa masuk. Kami pun berjalan kaki menelursuri ruas jalan yang sesak oleh tamu undangan. Masyarakat berbaris di sepanjang trotoar ingin menyaksikan langsung perayaan.
“Kita naik bis gratis saja Evi, bengkak kaki kalau kita harus sampai ke tenda di pantai,” kata Era kepadaku.
“Baiklah,” jawabku.
Sambal menunggu bis gratis yang memang membawa pengujung, kami tetap jalan kaki, hitung-hitung olahraga.
Setelah melakukan proses masuk dengan Paspampres (Pasukan Pengaman Presiden) yang berjajar, kamipun mengikuti prosesi perayaan puncak Sail Selat Karimata. Dari sambutan Presiden Joko Widodo hingga tarian kolosal yang ditunggu-tunggu.Tarian ini menceritakan tentang kondisi Kabupaten Kayong Utara sebelum dan sesudah penjajahan Belanda.
“Tarian ini akan dibawakan 460 pelajar Kabupaten Kayong Utara dan ini dibagi menjadi beberapa alur cerita,” tutur Muhammad Reza Pratama, Pemuda Pelopor Nasional Kabupaten Kayong Utara 2015.
Reza melanjutkan, alur tarian yang pertama menceritakan tentang kondisi Kayong Utara sebelum terjadinya perang. Kemudian yang kedua datangnya penjajahan Belanda. Bagian ketiga adanya Kerajaan Singosari yang mengusir Belanda.Keempat Sukadana merdeka dari penjajahan. Terakhir terbentuknya Kabupaten Kayong Utara.
“Ada rasa bangga aku menjadi putra daerah melihat tanah kelahiranku dikunjungi Presiden RI langsung,” kata Reza.
“Mudah-mudahan ini awal pembangunan yang lebih maju untuk tanah bertuah,” jawabku seperti berdoa yang diamini Reza. (Evi Suryanti a.k.a Evi Secawan Kopi, tinggal di Kayong Utara, Kalimantan Barat)