Seperti Apa Rumah Kelahiran Tan Malaka?

Seperti Apa Rumah Kelahiran Tan Malaka?

Keluarga Tan Malaka di rumah gadang tokoh revolusioner tersebut di Pandan Gadang, Kabupaten Limapuluh Kota, Sumatera Barat pada 2015. (Foto: Febrianti/JurnalisTravel.com)

PEREMPUAN YANG DITAKSIR TAN 

Pernahkah Tan Malaka mencintai wanita? Pertanyaan seperti ini banyak menggoda setiap orang. Selama ini Tan Malaka lebih dikenal sebagi pejuang revolusioner yang tidak pernah terlihat dekat dengan wanita. Jarang sekali kehidupan pribadinya dibicarakan, apalagi yang berkaitan dengan wanita. Bahkan di Belanda, ada yang mengira mungkin Tan Malaka seorang gay.

Peti buku Tan Malaka. (Foto: Febranti/ JurnalisTravel.com)

Peti buku Tan Malaka. (Foto: Febranti/ JurnalisTravel.com)

“Dan itu saya kira tidak benar, karena dalam riwayat hidupnya ada beberapa wanita yang singgah di hatinya,” kata Harry A. Poeze.

Wanita pertama, kata Harry, adalah Syaripah Nawawi, teman sekolah Tan Malaka semasa di Kweek School di Bukittinggi. Syaripah adalah anak Nawawi Sutan Makmur, guru bahasa Melayu dan satu-satunya guru pribumi di sekolah itu. Syaripah juga satu-satunya perempuan pribumi yang bersekolah di tempat itu.

“Tan Malaka jatuh cinta kepada Syaripah, kemungkinan karena ini Tan Malaka menolak bertunangan dengan gadis di kampungnya, Pandan Gadang, saat ia akan berangkat ke Belanda,” kata Harry.

Ranji keluarga Tan Malaka di rumah gadangnya. (Foto: Febrianti/ JurnalisTravel.com)

Ranji keluarga Tan Malaka di rumah gadangnya. (Foto: Febrianti/ JurnalisTravel.com)

Pada waktu Tan pergi ke Belanda ia kirim sepucuk surat kepada Syaripah dan mengataka ia mencintai Syaripah dan berharap Syaripah mau menunggunya. Namun surat-surat itu tidak dibalas. Tan Malaka bertepuk sebelah tangan. Ternyata Syaripah tidak mencintainya.

“Saya pernah bertemu Syaripah 1980-an, sebelum beliau meninggal, Syaripah yang menceritakan isi surat Tan Malaka itu kepada saya, saya menanyakan kenapa Syaripah tidak mencintai Tan Malaka, Syaripah mengatakan bahwa Tan Malaka orang yang aneh,” ujarnya.

Karena Syaripah tidak pernah membalas suratnya, Tan berhenti menulis surat kepadanya. Syaripah akhirnya menikah dengan seorang Regen di Bandung.

“Ini sejarah yang sedikit tragis dan lucu,” ujar Harry.

Syaripah, nomor empat dari kanan, teman sekolah yang ditaksir Tan Malaka. (Foto: Dok. Herry . Poeze)

Syaripah, nomor empat dari kanan, teman sekolah yang ditaksir Tan Malaka. (Foto: Dok. Herry A. Poeze)

Di Belanda, saat bersekolah, Tan Malaka juga pernah punya pacar, namanya Fenny Struyuenberg, seorang mahasiswa kedokteran.

“Namun saya tidak sempat menemui Fenny, karena Fenny sudah meninggal sebelum penelitian saya dimulai,” katanya.

Di dalam satu surat kabar lama di Rusia juga pernah disebutkan Tan Malaka memiliki kekasih gadis Rusia, tetapi tidak disebutkan namanya, apalagi fotonya.

Setelah 20 tahun mengembara, pulang ke Indonesia pada 1945, Tan Malaka bertemu dengan Paramita Abdul Rahman. Paramita adalah keponakan Subarjo Djoyohadisuryo, Menteri Luar Negeri saat itu. Paramita adalah ketua Palang Merah Indonesia ketika itu.

Tiga pelanjut gelar Datuk Tan Malaka setelah Ibrahim (Tan Malaka). (Foto: Febrianti/JurnalisTravel.com)

Tiga pelanjut gelar Datuk Tan Malaka setelah Ibrahim (Tan Malaka). (Foto: Febrianti/JurnalisTravel.com)

Paramita dianggap tunangan Tan Malaka, namun pertunangan ini akhirnya kandas.

“Ketika saya temui, Paramita mengatakan Tan Malaka seorang yang tidak sanggup melihat wanita seperti wanita biasa, tetapi wanita itu harus seperti R. A. Kartini dan dalam tingkah laku harus ada simbol wanita Indonesia, akhirnya pertunangan itu batal.”

Bagi Paramita yang mencintai Tan Malaka, ini peristiwa yang sangat sulit dan sukar dibicarakan.

“Kata SK Trimurti kepada saya, dalam bidang wanita Tan Malaka adalah orang yang sangat bersih, dia amat menghormati wanita dan tidak pernah berkata-kata kotor pada wanita, ini berbeda sekali dengan Soekarno,” kata Harry.

Foto Tan Malaka yang populer ketika ditangkap polisi di Filipina. (Foto: Dok. Herry A. Poeze).

Foto Tan Malaka yang populer ketika ditangkap polisi di Filipina. (Foto: Dok. Herry A. Poeze)

Namun dalam surat yang ditulis Tan Malaka, Tan bilang dalam hidupnya hanya ada satu tujuan, memerdekakan Indonesia dari Belanda.

“Saya kira Tan Malaka seperti beberapa orang revolusioner lainnya di dunia, yang hanya punya satu tujuan dalam hidupnya, tidak untuk wanita,”katanya.

Dalam kesimpulan ini, lanjut Harry, Tan tidak punya waktu untuk wanita. Tujuannya hanya revolusi.

“Mungkin sesudah revolusi baru ada tempat untuk wanita, tetapi ia meninggal sebelum revolusi selesai.”  (Febrianti/ JurnalisTravel.com)

Tulisan ini liputan dan ditulis pada 2008, diperbarui Desember 2016. Sedangkan beberapa foto Agustus 2015 dan 2008.

Tulisan dan foto-foto ini adalah hak milik JurnalisTravel.com dan dilarang mengambil atau menyalin-tempel di situs lainnya atau keperluan publikasi cetak di media lain tanpa izin. Jika Anda berminat pada tulisan dan foto bisa menghubungi redaksi@jurnalistravel.com untuk keterangan lebih lanjut. Kami sangat berterima kasih jika Anda menyukai tulisan dan foto untuk diketahui orang lain dengan menyebarkan tautan (link) ke situs ini. Kutipan paling banyak dua paragraf untuk pengantar tautan kami perbolehkan. (REDAKSI)

Halaman:

Dapatkan update terkini Jurnalistravel.com melalui Google News.

Baca Juga

Bekas Kerajaan Dharmasraya dan Kisah Dua Arca Bhairawa
Bekas Kerajaan Dharmasraya dan Kisah Dua Arca Bhairawa
Peninggalan Era Kolonial di Pulau-Pulau Kecil Sumatera Barat
Peninggalan Era Kolonial di Pulau-Pulau Kecil Sumatera Barat
Melompat ke Masa Lalu di Pulau Cingkuak
Melompat ke Masa Lalu di Pulau Cingkuak
Sepenggal Kisah Cinta Soekarno di Bengkulu
Sepenggal Kisah Cinta Soekarno di Bengkulu
Deretan Rumah Gadang Tua di Padang Ranah
Deretan Rumah Gadang Tua di Padang Ranah
Menelusuri Keunikan Kota Tambang Sawahlunto
Menelusuri Keunikan Kota Tambang Sawahlunto