MESIN JAHIT SINGER MILIK FATMAWATI
Di sisi jalan lain di Simpang Lima, berjarak 400 meter, terdapat Rumah Ibu Fatmawati Soekarno. Rumah replika rumah nenek Fatmawati tempat ia pernah tinggal ini berbahan kayu. Dulu lokasi rumah ini yang asli seratus meter lebih ke arah ke simpang.
Memasuki rumah kita akan disambut lukisan cukup besar Fatmawati dan Soekarno. Lukisan ini diapit dua manaken di dalam lemari kaca berpakaian kebaya dan selendang, pakaian kesukaan Fatmawati.
Benda yang paling menarik di rumah ini adalah sebuah mesin jahit tua terletak di atas meja marmer. Mesin jahit “Singer” ini jenis mesin jahit yang dijalankan dengan tangan, bukan kaki. Pada keterangan tertulis mesin jahit ini pernah dipakai Fatmawati menjahit bendera merah putih yang dikibarkan pada 17 Agustus 1945 di Jakarta.
Di rumah ini banyak terpajang foto kegiatan Fatmawati dengan Soekarno, umumnya kegiatan kenegaraan. Pengunjung bebas masuk rumah ini tanpa dipungut bayaran. Bahkan pengunjung bisa masuk tanpa ada penjaga.
Satu lagi bangunan terkait dengan Bung Karno di Bengkulu yang sering dikunjungi wisatawan adalah Masjid Jamik di Jalan Soedirman. Masjid ini terletak dekat pasar di simpang tiga. Atapnya limas bertingkat tiga dengan teras di depan.
Berjalan kaki dari Rumah Pengasingan Bung Karno ke mesjid ini sekitar sepuluh menit. Mesjid Jamik direnovasi atas usulan Bung Karno yang waktu itu sering salat di sini. Ketika itu mesjidnya sudah tua dan jelek dengan atap rumbia yang kerapkali bocor serta berdinding papan. Bung Karno membuat sendiri desainnya dan membantu warga dalam pembangunan. Soekarno mengeluh betapa sulitnya meyakinkan warga untuk merenovasi mesjid ini.
Ketika di pengasingan ini pula keahlian Soekarno sebagai seorang arsitek lulusan Technische Hoogeschool, cikal bakal Institut Teknologi Bandung, dimanfaatkan warga kaya di Bengkulu. Ada dua desain gambar rumah tinggal yang pernah dibuat Soekarno pada 1940. Sebuah rumah terletak di jalan KH Ahmad Dahlan No. 48 Kebun Ros yang sekarang dimiliki keluarga Alfian. Lainnya rumah di Jalan Prof Dr Hazairin, SH No. 3137 dan No. 3138 miliki keluarga almarhum Ki Agus Husin.
Nama Soekarno juga disebut di benteng Fort Marlborough di kawasan pelabuhan Bengkulu. Di sana tertulis “Ruang Interogasi Soekarno”. Soekarno pernah diinterogasi polisi Pemerintahan Hindia Belanda di tempat ini menjelang Jepang menyerbu Bengkulu dan Bung Karno sekeluarga kemudian dilarikan ke Padang.
Kehadiran Soekarno selama hanya empat tahun di Bengkulu menimbulkan bekas yang mendalam di hati masyarakat di sana. Kehadiran Fatmawati dalam hidup Soekarno di masa penting perjuangan kemerdekaan dan seseorang di balik berkibarnya Sang Saka Merah Putih menjadi catatan sejarah bangsa ini.