DI KOTA BENGKULU, Provinsi Bengkulu, sepenggal kisah cinta Soekarno dengan Fatmawati yang mereka jalani kurang dari empat tahun, bisa dilihat di dua tempat, Rumah Pengasingan Bung Karno di Jalan Soekarno dan Rumah Fatmawati di Jalan Fatmawati di kawasan Simpang Lima. Setiap hari kedua tempat ini ramai pengunjung.
Rumah Pengasingan Bung Karno berdiri di atas tanah seluas 4 hektare. Bangunan utama hanya 9 X 18,5 meter. Sebagian bahan bangunan sudah direnovasi sesuai bentuk asli. Memasuki teras, kita akan disambut pintu utama menuju ruang tamu di depan dan pintu ke kamar kerja di kanan.
Di ruang tamu terdapat satu set kursi kayu berdudukan dan bersandaran rotan. Kursi ini pernah digunakan Soekarno ketika mendiami rumah ini. Di belakangnya ada sebuah sepeda ontel tua di dalam lemari kaca. Itu adalah sepeda yang biasa digunakan Soekarno bepergian di Bengkulu. Dengan sepeda ini pula terlihat di sebuah foto ia membonceng Fatmawati.
Di ruang kerja berbentuk oval di bagian depan, kita akan disambut sebuah meja kerja dan kursi replika. Dua lemari berisi lebih 200 buku tua peninggalan Bung Karno. Di dinding terpajang gambar desain dan foto Masjid Jamik dan dua rumah warga karya Soekarno di Bengkulu.
Di belakang kamar kerja terhubung sebuah pintu dengan kamar utama. Terdapat sebuah ranjang Soekarno dan Inggit. Dua buah lemari berisi pakaian bekas pemain sandiwara “Monte Carlo”. Juga sebuah meja hias hasil desain Bung Karno.
Di dinding terpajang beberapa foto, paling menarik adalah foto anggota “Monte Carlo” selesai pementasan. Fatmawati sebagai gadis remaja yang menarik terlihat di sana berbaju hitam bersama keluarga Soekarno. Foto lainnya adalah surat-surat cinta Soekarno kepada Fatmawati. Ada kartu pos bertahun 1941.
Di seberang kamar Soekarno-Inggit terdapat kamar tidur Ratna Djuami dan Sukarti atau Kartika. Di kamar ini selama hampir dua tahun Fatmawati pernah tinggal. Di belakang terdapat beranda yang luas, tempat terdapat satu set meja makan dan lemari makanan.
Bangunan terpisah adalah kamar pembantu, dapur, dan kamar mandi. Sebuah sumur yang selalu jernih airnya menjadi daya tarik lain tempat ini.
Yaman, penjaga rumah bersejarah itu mempromosikan agar orang mencuci muka dengan air tersebut. Menurutnya, banyak orang percaya melakukan itu akan mendatangkan berkah seperti kehebatan Soekarno dalam seksualitas dan keturunan.
“Dulu pernah seorang laki-laki yang susah sekali mendapatkan anak, datang ke sini sebelum Magrib, kemudian mandi dengan air sumur dan salat Magrib di rumah ini, beberapa tahun kemudian dia datang lagi dengan istri dan seorang anaknya yang kecil, ia mengadakan acara syukuran dengan menjamu makan di rumah ini,” ujarnya.
Pengunjung dipungut bayaran masuk rumah ini. Tapi jika Anda membawa “kamera besar”, seperti kamera DSLR, harus membayar lebih mahal, termasuk jika anda seorang jurnalis. Yaman mengatakan, sering diprotes pengunjung karena peraturan ini. Tapi mengaku hanya menjalankan tugas karena diwajibkan menyetor pajak retribusi kepada Pemerintah Bengkulu.