Ketika hiasan Tabuik selesai 50 persen, pada 5 Muharam dilakukan penebangan batang pisang sekali tebas dengan sebilah pedang tajam oleh seorang pria juga berjubah putih. Ini melambangkan ketajaman pedang menuntut balas kematian Hussein.
Pada 7 Muharam dilakukan acara yang disebut ‘Maatam’. ‘Maatam’ yang artinya mengekspresikan kesedihan atas wafatnya Hussein dilakukan dengan meletakkan simbol jari-jari tangan Hussein yang dicincang Raja Yazid dalam alat bernama ‘panja’, simbol kuburan imam itu. Para pengikut Imam Hussein kemudian menangis meratapi kematian Hussein. Malamnya ‘panja’ diarak keliling kota dengan ekspresi sedih para pengiringnya dan diiringi gendang tasa.
Pada 8 Muharam dilakukan acara membawa lambang sorban, pedang, dan kopiah Imam Hossein yang diletakkan di atas ‘dulang’ (talam) ke sekeliling kota. Iring-iringan diikuti gendang tasa yang bertalu-talu.
Pada 10 Muharam pada pukul 04.00 WIB dilakukan acara Tabuik naik pangkat. Tabuik yang semula dibuat dua bagian dengan bahan rangka dari bambu dan dihias kain dan kertas, disatukan dengan mengangkat bagian atasnya dan disatukan.