LUMBUNG PADI DILANTAI RUMAH
Peran mamak juga masih sangat besar. Setiap Jumat, selesai salat Jumat, Ramadati selalu menyambut kedatangan mamaknya (pamannya) yang akan makan siang bersama ponakan dan penghuni rumah gadangnya untuk membahas persoalan yang ada di rumah gadang.
“Dia akan menyelesaikan persoalan para kemenakannya,” kata Ramadanita.
Rumah-rumah gadang di Padang Ranah juga memiliki keunikan. Lantainya dijadikan lumbung-lumbung padi. Sehingga ketebalan lantai mencapai hampir setengah meter yang penuh padi. Di di atasnya dilapisi kertas semen dan tikar plastik. Sehingga saat masuk ke rumah gadang, terdengar suara kerisik saat kaki menginjak lantai.
Di rumah gadang milik Desrianti dari suku Piliang satu ton padi tersimpan di bawah lantai rumah dari hasil panen empat tahun lalu. Sedangkan hasil panen padi yang baru tersimpan dalam puluhan karung yang ditumpuk di dapur.
“Dari dulu aturannya memang seperti ini, lumbung rumah gadang yang ada di lantai ini harus selalu penuh, kelebihannya baru boleh dipakai untuk dimakan atau dijual, karena ini untuk berjaga-jaga dari musim paceklik, agar keturunan rumah gadang ini tidak kekurangan beras,” kata Desrianti.
Padi yang disimpan dalam rumah gadang juga digunakan untuk biaya perbaikan rumah gadang bila ada yang rusak.
Ia mengatakan, saat orang-orang tidak bisa turun ke sawah seperti saat ini, beras tidak ada, dan anak kemenekan keturunan dari rumah gadang ini bisa meminjam padi yang ada dalam rumah gadang.
“Seperti sekarang, kabut asap dan kekeringan, dimana kita mencari beras, padi yang tersimpan ini bisa digunakan untuk keturunan rumah gadang ini, bisa dipinjam, dan nanti dikembalikan lagi kalau mereka panen,” katanya.
Sawah harta pusako tinggi dari kaumnya, seperti sawah yang dikerjakan orang lain dan hasilnya dibagi dua, sehinga dia tidak mengerjakan sawah.
“Semua tetap dikelola kami yang perempuan dan laki-laki yang mengerjakannya,” katanya.