BASYAFA
Bersyafar (orang Pariaman menyebut basyafa) adalah acara ritual menziarahi makam Syekh Burhanuddin (1646-1704) di Ulakan. Meski Ulakan termasuk ke dalam wilayah Kabupaten Padang Pariaman, tetapi lokasi ini hanya 12 km di selatan Pariaman. Syekh Burhanuddin adalah penyebar agama Islam pertama di Minangkabau (Sumatera Barat) pada abad ke-17 yang meninggal pada 20 Juni 1704.
Setiap 15 Syafar, hari wafatnya Syekh Burhanuddin, ribuan penganutnya dari berbagai daerah di Sumatera Barat dan provinsi tetangga berdatangan ke makan Syekh Burhanuddin. Mereka memulai ziarah beramai-ramai dari 10 Syafar hingga 15 Syafar dan melakukan zikir, salawat, dan salat hampir 24 jam. Saat bersyafar, Ulakan, kampung kecil di pinggir pantai itu menjadi ramai siang-malam dan suasana religius sangat terasa di sana.
Syekh Burhanuddin adalah ulama tarekat Syattariyah penganut Mazhab Syafi’i yang memilih cara persuasif dalam mengembangkan Islam. Ia mengajarkan Islam dengan pendekatan kultural yang begitu toleran terhadap adat. Agama baru terus diajarkan sementara kebiasaan adat tidak langsung dilarang.
Indang Pariaman (rebana kecil dimainkan laki-laki, juga perempuan) dan selawat dulang konon lahir dari kreasi Syekh Burhanuddin yang berdakwah setelah makan dengan menepuk dulang. Kini indang dan selawat dulang menjadi kesenian tradisi di Pariaman.
Ungkapan adat Minangkabau yang menyebut ‘Agama mendaki, adat menurun’ berkaitan dengan Syekh Burhanuddin. Ajaran adat datang dari Pagaruyung (Tanah Datar), dataran tinggi Sumatera Barat lalu menyebar ke pesisir. Sedangkan agama datang dari Ulakan (pesisir) dan menyebar ke Tanah Datar (dataran tinggi).
Anda dapat menyaksikan acara ritual ini setiap 10-15 Syafar. Tapi di luar hari itu dapat mengunjungi areal makam penyebar agama Islam di Sumatera Barat ini. Jika Anda nonmuslim, cukup puas melihat dari luar makam dan masyarakat di sana yang ramah akan selalu menghargai kunjungan dari siapapun, karena memang tempat ini selalu ramai dikunjungi turis, terutama dari Malaysia.