Oleh: Modesta Wisa
Beranjak dari tempat tidur pagi itu serasa masih di alam mimpi, seakan ada bisikan yang menghampir menyuruhku untuk segera mandi. Mandi satu kata yang teramat sulit untuk dilakukan dalam kondisi sepagi itu.
Tapi ingatan ku menjerit untuk melihat jadwal agenda pada hari ini. Ternyata akan ada jadwal beranjak dari Hotel Santika ke tempat Wisata Kalibiru yang jaraknya akan ditempuh dalam waktu kurang lebih satu jam.
Kalibiru yang hanya kulihat di media sosial dan menjadi trending topik di kalangan remaja dan pencinta alam, meyakinkanku untuk segera bersiap-siap. Alhasil beberapa saat aku pun siap dan ikut berkumpul di lobi hotel.
Serentak baju hijau menjadi warna aku dan teman lainnya. Tas orange menjadi tentenganku dan teman lainnya. Bahagianya aku juga tergabung dalam kelompok dua. Aku dan beberapa teman lainnya naik ke mobil yang disediakan pantia yang hebat dan luar biasa itu.
Dalam mobil sepanjang perjalanan tak ada yang terhenti untuk bersuara dan bersenda gurau, sehingga perjalanan pun tak terasa akan segera sampai di tempat tujuan. Tanjakan yang cukup tinggi mulai terasa menjelang lokasi. Aku dan beberapa teman mulai tegang.
Mobil di depan tak sanggup mendaki di tanjakan yang berbelok. Kawan-kawan yang menumpang terpaksa turun dulu. Setelah tegang sekian lama, akhirnya kami sampai jua ke tempat yang di tuju.
Aku dan beberapa teman keluar dari dalam mobil dan melangkah menuju puncak Dipuwono untuk bertemu dengan kelompok masyarakat yang mengelola Kalibiru tersebut.
Tak terasa kakiku melangkah dengan cepat dan aku pun sampai. Tak lama lingkaran duduk terbentuk walaupun tidak sempurna. Mbak Nurul, panitia UNDP REDD+ membuka acara diskusi kami dengan pengelola dan warga lainnya.
Suriyadi, 51 tahun, menyampaikan pengelolaan Kalibiru. Kalibiru terletak di Sermo Hargowilis, Kecamatan Kokap, Kabupaten Kulon Progo, Provinsi Daerah Istimewa Yoyakarta. Terletak pada ketinggian 450 mdpl di kawasan perbukitan Menoreh.
Aku dan beberapa teman kemudian melanjutkan wawancara dengan Suriadi. Ia menjelaskan, dahulu memasuki kawasan hutan ini secara diam-diam dan digarap oleh masyarakat sekitar hutan untuk mengambil manfaatnya.
Hutan Kemasyarakatan Mandiri Kalibiru terletak di Sermo Hargowilis Kecamatan Kokap Kabupaten Kulon Progo Propinsi Daerah Istimewa Yoyakarta. Terletak pada ketinggian 450 Mdpl di kawasan perbukitan Menoreh.
Terhitung 14 Februari 2008, Departemen Kehutanan memberikan hak kelola hutan kepada kelompok masyarakat yang berada di sekitar hutan yang bergantung hidupnya kepada hutan tersebut.
Mereka diberi Izin Pemanfaatan Hutan Kemasyarakatan selama 35 tahun. Terdapat 7 kelompok masyarakat yang memperoleh izin, yaitu dua kelompok mengelola hutan lindung dan lima kelompok mengelola hutan produksi. Salah satunya adalah Kelompok Mandiri Kalibiru.
Sejak itulah terjadi perdamaian antara masyarakat dengan negara. Pemerintah memberikan izin kelola hutan kepada kelompok masyarakat dan masyarakat berkewajiban menjaga hutan serta diberikan kesempatan untuk mengelola hutan dan memanfaatkan hasil hutan berupa hasil hutan bukan kayu dan pemanfaatan jasa lingkungan.
Wisata Alam Kalibiru memberikan pelayanan yang baik kepada setiap pengunjung. Dengan harga karcis masuk sebesar Rp5.000 per orang pada hari biasa dan Rp10.000 pada hari libur. Pendapatan yang diperoleh setiap bulan Rp200-Rp300 juta. Sedangkan pada hari libur lebaran pendapatan bisa mencapai Rp400 juta.
Anggota kelompok hutan kemasyarakatan dapat bekerja di lokasi wisata alam Kalibiru. Bahkan pemuda-pemudi Kalibiru yang sudah merantau ke kota lain seperti Jakarta, Surabaya, Sulawesi, dan Sumatera, bahkan ke Brunei, akhirnya memilih pulang kampung, ditampung bekerja di lokasi wisata alam Kalibiru.
Menikmati Kalibiru pun tiba. Pengunjung ramai dan seketika hujan pun menguyur. Aku dan teman-teman tak patah semangat untuk terus melihat keindahan alam.
Sambil menikmati aneka kegiatan wisata di Kalibiru, aku berandai-andai bisa melakukan hal yang sama di daerahku. (Modesta Wisa, tinggal di Menjalin, Kalimantan Barat)