TEU Saraki, seorang perempuan Mentawai di Dusun Muntei, Simatalu, Siberut Barat, Kepulauan Mentawai, Sumatra Barat, telah menyelesaikan tugas ha...
Penulis: Febrianti
Berkejaran dengan Waktu Menyelamatkan Tato Mentawai
BUNYI ‘tak, tak, tak’ terdengar berirama dari alat kayu ‘lilipat patiti’, perkakas tato tradisional Mentawai. Bentuknya melengkung dan diujungny...
Kopi Kerinci Mulai Terancam Perubahan Iklim
Ceri merah kopi arabika yang ranum bergantung di setiap cabang dahan kopi di kebun kopi di Desa Tangkil, Kayu Aro, Kabupaten Kerinci. Berjarak s...
Waktu yang Tepat Melihat Keunikan Mentawai
Kabupaten Kepulauan Mentawai di Sumatera Barat kembali menggelar Festival Pesona Mentawai. Kali ini lokasinya di pantai Mapadegat, Tuapeijat, ib...
Berkunjung ke Rumah Jurnalis Perempuan Pertama di Indonesia
SALAH satu kampung yang amat layak dikunjungi di Sumatera Barat adalah Nagari Koto Gadang di Kabupaten Agam yang berada di sebelah barat Kota Bu...
Sebuah Upaya Membangkitkan Bumi
TIGA putra mahkota Aleksander Agung atau Raja Iskandar Zulkarnain diharuskan melakukan pelayaran menjalani semua wilayah kerajaan ayahnya yang m...
Wawancara Khusus dengan Famega, Penulis ‘Kelana’ ke-18 Negara
FAMEGA Syavira Putri telah melakukan perjalanan yang menarik ke-18 negara. Perempuan ini berkelana melalui jalur darat, dimulai dari Indonesia h...