Menguak Hubungan Bukit Siguntang dengan Sriwijaya

Menguak Hubungan Bukit Siguntang dengan Sriwijaya

Makam Panglima Tuan Junjungan di Bukit Siguntang (Foto:Syofiardi Bachyul Jb/JurnalisTravel.com)

Lampiran Gambar

Makam Panglima Tuan Junjungan di Bukit Siguntang (Foto:Syofiardi Bachyul Jb/JurnalisTravel.com)

“SAYA datang ke bukit ini pada 1957 saat berusia 15 tahun,” kata perempuan tua itu. “Saya datang dibawa tetangga dari Jawa Timur, waktu tiba di bukit ini semuanya rimba, ularnya banyak, juga ada harimau.”

Nyai Sagiatun, 73 tahun, adalah juru kunci makam Raja Segentar Alam, salah satu rumah makam di Bukit Siguntang, Palembang.

Ia melanjutkan cerita bahwa ia kemudian ikut membantu membersihkan bukit tersebut dan mendirikan pondok untuk tinggal di sana. Lalu ditemukanlah ketujuh makam yang ditandai masing-masing dengan nisannya seperti yang terlihat sekarang.

Lampiran Gambar

Taman Bukit Siguntang di Palembang Makam Raja Segentar Alam salah satu makam dikeramatkan (Foto:Syofiardi Bachyul Jb/JurnalisTravel.com)

“Dulu saat ditemukan semua kuburan ini hanya dari tanah liat dengan batu nisan, nama-nama orang yang dimakamkan ini berdasarkan cerita penduduk sekitar yang mereka dengar turun-temurun,” katanya kepada saya ketika berkunjung dua tahun silam.

Menurut cerita masyarakat, katanya, ketujuh kuburan tersebut adalah para pendatang dari luar pulau yang masing-masing beragama Hindu-Buddha dan tak ada hubungan keluarga.

Kuburan yang ia jaga adalah Iskandar Zulkarnain Syah Alam bergelar Segentar Alam yang berasal dari Kerajaan Mataram Kuno yang datang di era Kerajaan Sriwijaya.

Kuburan lain, Putri Rambut Selako, berasal dari Keraton Yogyakarta, putri dari Prabu Wijaya. Nama aslinya Putri Damar Kencana Wungu. Di sebelahnya satu atap adalah kuburan Pangeran Raja Batu Api yang katanya berasal dari Jeddah.

Lampiran Gambar

Makam Raja Segentar Alam salah satu makam dikeramatkan (Foto:Syofiardi Bachyul Jb/JurnalisTravel.com)

Di rumah makam yang lain yang masing-masing hanya berjarak 5 meter terdapat makam Panglima Bagus Kuning dan Panglima Bagus Karang. Keduanya, katanya, berasal dari Mataram Kuno juga. Mereka berjasa memimpin pasukan kerajaan saat menundukkan pasukan Kesultanan Banten yang menyerang Palembang.

Sedangkan makam lain, di dalam bangunan sendiri berjarak 10 meter, adalah makam Putri Kembang Dadar. Konon, putri ini seorang gadis Tionghoa. Selain primadona di masanya, ia juga seorang yang sakti.

Kini makamnya dijaga seorang juru kunci laki-laki. Tempat makam juga dimanfaatkannya untuk menjual keris titipan pemiliknya.

Lampiran Gambar

Peziarah di Makam Pangeran Raja Batu Api. (Foto:Syofiardi Bachyul Jb/JurnalisTravel.com)

“Asal nama bukit ini Raja Segentar Alam menghentakkan kaki di Bumi Melayu ini, maka bukit ini bergetar, tanahnya ‘seguntang-guntang’ (terguncang-guncang), padi-padi masak seketika, dan terbentuklah bukit ini, karena itu disebut Bukit Siguntang,” kata Nyai Sagiatun.

Cerita versi Nyai Sagiatun tentu hanya folklore (cerita rakyat), bukan sejarah. Anda tidak perlu repot mengomentari kelogisannya. Tidak ada sejarah ketujuh makam ini, siapa mereka sebenarnya dan hidup pada masa kerajaan apa. Juga tidak ada keterangan tertulis di objek wisata ini.

HUBUNGAN DENGAN SRIWIJAYA

Kerajaan Sriwijaya dipercaya eksis di era Hindu-Buddha abad ke-7 hingga abad ke-10. Sedangkan enam dari tujuh kuburan di sini dengan posisi kuburuan Islam, memanjang utara-selatan. Ini mengindikasikan mereka hidup setidaknya pada periode kesultanan Islam Palembang.

Hanya satu yang menghadap sebaliknya, kuburan Panglima Tuan Junjungan yang tidak dalam posisi kuburan Islam.

Lampiran Gambar

Relif Menggambarkan Kerajaan Sriwijaya di Bukit Siguntang Makam Raja Segentar Alam salah satu makam dikeramatkan (Foto:Syofiardi Bachyul Jb/JurnalisTravel.com)

Meski begitu kuburan-kuburan di sini menjadi daya tarik wisatawan untuk datang berziarah. Kuburan-kuburan tersebut dianggap sebagai makam orang-orang penting dan sakti pada zaman dulu.

“Mereka datang berdoa meminta berkah, banyak juga yang datang dari Malaysia,” kata Nyai Sagiatun.

Kedatangan wisatawan dari Malaysia terkait dengan Bukit Siguntang disebut-sebut dalam sejarah Melayu sebagai Bukit Siguntang Mahameru, tempat turunnya Sang Sapurba, manusia setengah dewa yang menjadi moyangnya raja-raja Melayu Nusantara, termasuk menjadi raja Kerajaan Sriwijaya, pendiri Temasik (Singapura), dan Malaka (Malaysia).

Lampiran Gambar

Repilka Prasati Kedukan Bukit di lokasi tempat ditemukan tak jauh dari Bukit Siguntang. (Foto:Syofiardi Bachyul Jb/JurnalisTravel.com)

Bukit Siguntang hanyalah bukit kecil seluas 12,5 hektare dengan tinggi 27 meter di atas permukaan laut. Namun merupakan tanah tertinggi di Palembang. Bukit ini hanya 4 km dari Jembatan Ampera, jembatan legendaris Palembang. Dari Sungai Musi bukit ini hanya berjarak 2 km, tak jauh dari Jembatan Musi II.

Paling menarik dari Bukit Siguntang sebenarnya bukanlah legenda kehadiran makam-makam tersebut ataupun asal raja Melayu tersebut, tapi dugaan kuat bahwa bukit ini menjadi tempat suci yang penting pada zaman Sriwijaya.

Di bukit ini pernah ditemukan sebuah arca Buddha dari batu granit setinggi 2,77 meter. Arca ini sekarang berdiri di halaman Museum Sultan Mahmud Badaruddin II dekat Jembatan Ampera.

Selain itu juga ditemukan sejumlah arca buddha yang lebih kecil, beberapa prasasti, pecahan tembikar dan keramik masa Dinasti Tang abad ke 7-10 Masehi. Semua temuan ini mengindikasikan tempat ini pernah dijadikan tempat upacara keagamaan dan pemukiman para bhiksu dan sanggha.

Lampiran Gambar

Museum Sriwijaya di Taman Purbakala Kerajaan Sriwijaya. (Foto:Syofiardi Bachyul Jb/JurnalisTravel.com)

Berjarak seratus meter dari kaki Bukit Siguntang ditemukan sebuah batu sungai berprasasti. Ini adalah prasasti penting berbahasa Melayu Kuno bertuliskan sanskerta menyebutkan pendirian Kerajaan Sriwijaya pada 683 Masehi.

Tulisan di batu ini berisi informasi perjalanan raja dari satu tempat bernama Minana Tamva (kemungkinan hulu Batang hari) bersama 20 ribu tentara membawa 200 peti perbekalan dengan perahu, ditambah pasukan berjalan kaki 1.312 orang. Pasukan mengalami kemenangan di lokasi ini dan raja memerintahkan membuat pemukiman.

Di sekitar kaki Bukit Siguntang juga ditemukan sejumlah struktur bata yang diduga bekas stupa. Bahkan akhir tahun lalu para arkeolog kembali menemukan struktur segi empat dari susunan batu bata di lokasi lain. Di dalam struktur segi empat itu terdapat struktur lingkaran yang mengindikasikan bekas stupa juga.

Lampiran Gambar

Replika Arca Budha Bukit Siguntang di Museum Sriwijaya. (Foto:Syofiardi Bachyul Jb/JurnalisTravel.com)

Berjarak 300 meter dari Bukit Siguntang kita bisa mengunjungi Taman Purbakala Kerajaan Sriwijaya. Di taman yang diresmikan Presiden Soeharto pada 22 Desember 1994 terdapat sebuah bangunan cukup luas yang hanya dipuruntukkan memajang replika batu “Prasasti Kedukan Bukit”.

Di lokasi itulah batu bertuliskan sepuluh baris bahasa Melayu Kuno beraksara sanskerta tersebut ditemukan Batenburg pada 29 November 1920. Pegawai Belanda tersebut menemukan prasasti yang dijadikan jimat oleh satu keluarga Melayu.

Hal yang disayangkan adalah Bukit Siguntang terlalu cepat dijadikan taman umum, sebelum penggalian dan penelitian dilakukan dengan tuntas. Hal yang sama terjadi di lokasi Taman Purbakala Kerajaan Sriwijaya, 300 meter dari Bukit Siguntang.

Lampiran Gambar

Repilkia Prasasti Talang Tuo di di Museum Sriwijaya. (Foto:Syofiardi Bachyul Jb/JurnalisTravel.com)

Di taman yang diresmikan Presiden Soeharto pada 22 Desember 1994 ini terdapat sebuah bangunan cukup luas yang hanya dipuruntukkan memajang replika batu “Prasasti Kedukan Bukit”.

Lokasi taman ini sebelumnya adalah tempat situs Karang Anyar yang diduga peninggalan Kerajaan Sriwijaya. Penggalian dan penelitian situs ini sebenarnya belum menyeluruh sebelum dijadikan taman oleh pemerintah.

Tak heran jika dua tahun lalu pun masih ditemukan struktur bekas stupa di lokasi yang biasa dikunjungi orang di sekitar Bukit Siguntang. Tentu, masih besar kemungkinan temuan lainnya yang akan terus menguak misteri Kerajaan Sriwijaya. (Syofiardi Bachyul Jb/JurnalisTravel.com)

CATATAN: Tulisan dan foto-foto (berlogo) ini adalah milik JurnalisTravel.com. Dilarang menyalin-tempel di situs lainnya atau keperluan publikasi cetak tanpa izin. Jika berminat bisa menghubungi redaksi@jurnalistravel.com. Terima kasih untuk anda bantu bagikan dengan tautan.(REDAKSI)

Dapatkan update terkini Jurnalistravel.com melalui Google News.

Baca Juga

Bukti Besarnya Kapal Kayu Sriwijaya, Kemudi Lebih 8 Meter
Bukti Besarnya Kapal Kayu Sriwijaya, Kemudi Lebih 8 Meter
rumah pagadih
Nagari Pagadih dalam Kisah Perjuangan PDRI
marie thomas
Kisah Lengkap Marie E Thomas, Dokter Perempuan Pertama di Indonesia yang Meninggal di Bukittinggi
Mengangkat Kemegahan Dharmasraya
Mengangkat Kemegahan Dharmasraya
Struktur Rumah Adat Manggarai Flores Mirip Rumah Gadang Minangkabau
Struktur Rumah Adat Manggarai Flores Mirip Rumah Gadang Minangkabau
Menapaki Jejak Minangkabau di Flores
Menapaki Jejak Minangkabau di Flores