HUBUNGAN DENGAN SRIWIJAYA
Kerajaan Sriwijaya dipercaya eksis di era Hindu-Buddha abad ke-7 hingga abad ke-10. Sedangkan enam dari tujuh kuburan di sini dengan posisi kuburuan Islam, memanjang utara-selatan. Ini mengindikasikan mereka hidup setidaknya pada periode kesultanan Islam Palembang.
Hanya satu yang menghadap sebaliknya, kuburan Panglima Tuan Junjungan yang tidak dalam posisi kuburan Islam.
Meski begitu kuburan-kuburan di sini menjadi daya tarik wisatawan untuk datang berziarah. Kuburan-kuburan tersebut dianggap sebagai makam orang-orang penting dan sakti pada zaman dulu.
“Mereka datang berdoa meminta berkah, banyak juga yang datang dari Malaysia,” kata Nyai Sagiatun.
Kedatangan wisatawan dari Malaysia terkait dengan Bukit Siguntang disebut-sebut dalam sejarah Melayu sebagai Bukit Siguntang Mahameru, tempat turunnya Sang Sapurba, manusia setengah dewa yang menjadi moyangnya raja-raja Melayu Nusantara, termasuk menjadi raja Kerajaan Sriwijaya, pendiri Temasik (Singapura), dan Malaka (Malaysia).
Bukit Siguntang hanyalah bukit kecil seluas 12,5 hektare dengan tinggi 27 meter di atas permukaan laut. Namun merupakan tanah tertinggi di Palembang. Bukit ini hanya 4 km dari Jembatan Ampera, jembatan legendaris Palembang. Dari Sungai Musi bukit ini hanya berjarak 2 km, tak jauh dari Jembatan Musi II.
Paling menarik dari Bukit Siguntang sebenarnya bukanlah legenda kehadiran makam-makam tersebut ataupun asal raja Melayu tersebut, tapi dugaan kuat bahwa bukit ini menjadi tempat suci yang penting pada zaman Sriwijaya.
Di bukit ini pernah ditemukan sebuah arca Buddha dari batu granit setinggi 2,77 meter. Arca ini sekarang berdiri di halaman Museum Sultan Mahmud Badaruddin II dekat Jembatan Ampera.
Selain itu juga ditemukan sejumlah arca buddha yang lebih kecil, beberapa prasasti, pecahan tembikar dan keramik masa Dinasti Tang abad ke 7-10 Masehi. Semua temuan ini mengindikasikan tempat ini pernah dijadikan tempat upacara keagamaan dan pemukiman para bhiksu dan sanggha.
Berjarak seratus meter dari kaki Bukit Siguntang ditemukan sebuah batu sungai berprasasti. Ini adalah prasasti penting berbahasa Melayu Kuno bertuliskan sanskerta menyebutkan pendirian Kerajaan Sriwijaya pada 683 Masehi.
Tulisan di batu ini berisi informasi perjalanan raja dari satu tempat bernama Minana Tamva (kemungkinan hulu Batang hari) bersama 20 ribu tentara membawa 200 peti perbekalan dengan perahu, ditambah pasukan berjalan kaki 1.312 orang. Pasukan mengalami kemenangan di lokasi ini dan raja memerintahkan membuat pemukiman.
Di sekitar kaki Bukit Siguntang juga ditemukan sejumlah struktur bata yang diduga bekas stupa. Bahkan akhir tahun lalu para arkeolog kembali menemukan struktur segi empat dari susunan batu bata di lokasi lain. Di dalam struktur segi empat itu terdapat struktur lingkaran yang mengindikasikan bekas stupa juga.
Berjarak 300 meter dari Bukit Siguntang kita bisa mengunjungi Taman Purbakala Kerajaan Sriwijaya. Di taman yang diresmikan Presiden Soeharto pada 22 Desember 1994 terdapat sebuah bangunan cukup luas yang hanya dipuruntukkan memajang replika batu “Prasasti Kedukan Bukit”.
Di lokasi itulah batu bertuliskan sepuluh baris bahasa Melayu Kuno beraksara sanskerta tersebut ditemukan Batenburg pada 29 November 1920. Pegawai Belanda tersebut menemukan prasasti yang dijadikan jimat oleh satu keluarga Melayu.
Hal yang disayangkan adalah Bukit Siguntang terlalu cepat dijadikan taman umum, sebelum penggalian dan penelitian dilakukan dengan tuntas. Hal yang sama terjadi di lokasi Taman Purbakala Kerajaan Sriwijaya, 300 meter dari Bukit Siguntang.
Di taman yang diresmikan Presiden Soeharto pada 22 Desember 1994 ini terdapat sebuah bangunan cukup luas yang hanya dipuruntukkan memajang replika batu “Prasasti Kedukan Bukit”.
Lokasi taman ini sebelumnya adalah tempat situs Karang Anyar yang diduga peninggalan Kerajaan Sriwijaya. Penggalian dan penelitian situs ini sebenarnya belum menyeluruh sebelum dijadikan taman oleh pemerintah.
Tak heran jika dua tahun lalu pun masih ditemukan struktur bekas stupa di lokasi yang biasa dikunjungi orang di sekitar Bukit Siguntang. Tentu, masih besar kemungkinan temuan lainnya yang akan terus menguak misteri Kerajaan Sriwijaya. (Syofiardi Bachyul Jb/JurnalisTravel.com)
CATATAN: Tulisan dan foto-foto (berlogo) ini adalah milik JurnalisTravel.com. Dilarang menyalin-tempel di situs lainnya atau keperluan publikasi cetak tanpa izin. Jika berminat bisa menghubungi redaksi@jurnalistravel.com. Terima kasih untuk anda bantu bagikan dengan tautan.(REDAKSI)