DIDIRIKAN CHANEE
Menjelang petang hari saya jalan-jalan di hutan Supayang di belakang kantor Kalaweit bersama manajer Kalaweit Asferi Ardiayanto dan Andre Agusman, staf observasi hewan.
Tetapi karena sudah waktu istirahat bagi primata, saya hanya sebentar melihat siamang dan owa di kandang terdekat, tak ingin mengganggu kenyamanan mereka.
“Saat ini mereka istirahat, groming atau membersihkan diri, lalu tidur, besok jam 5 pagi bangun lagi,” kata Andre.
Memang tak terdengar lagi suara lengkingan dan owa yang tadi terdengar ramai.
Kami meninggalkan lokasi rehabilitasi dan mendaki jalan di puncak tertinggi yang banyak ditumbuhi tanaman langka kantong semar. Dari atas ketinggian itu terlihat hutan supayang yang hijau serta Gunung Talang.
Yayasan Kalaweit Indonesia, kata Asferi, didirikan oleh warga negara Perancis Aurelien Brulle atau biasa dipanggil Chanee di Kalimantan Tengah pada 1998. Ia mendirikan tempat rehabilitasi owa di Muara Teweh, Kalimantan Tengah atau Konservasi Center of the Gibbon. Chanee yang menjadi Direktur Yayasan Kalaweit Indonesia kini menjadi warga negara Indonesia.
Pada 2003 didirikan tempat rehabilitasi siamang dan owa di Sumatera yang berpusat di Sumatera Barat di bawah pengelolaan Asferi. Awalnya di Pulau Marak di Pesisir Selatan dan pada 2011 pindah ke Supayang di Kabupaten Solok.
Sebagian hutan Supayang yang menghijau kini menjadi milik Kalaweit untuk kawasan konservasi seluas 208,4 hektare. Awalnya Kalaweit hanya punya lahan 6 hektare untuk tempat rehabilitasi. Tetapi masyarakat sekitar yang menjadi pemilik hutan meminta Kalaweit membelinya, karena selama ini hanya mereka manfaatkan untuk mencari kayu bakar dan tempat berburu babi.