Pekik Siamang di Hutan Supayang

Pekik Siamang di Hutan Supayang

Dokter hewan akan memberi makan pagi seekor anak siamang. (Foto: Febrianti/ JurnalisTravel.com)

200 TANDAN PISANG

Dengan lingkungan yang nyaman dan makanan yang selalu terjaga, sebagian besar satwa terlihat sehat dan bugar.

Dalam seminggu, primata-primata di tempat rehabilitasi ini menghabiskan 200 tandan pisang, 100 kilogram papaya, 100 kilogram wortel, 200 kilogram semangka, dan 100 kilogram nanas. Ditambah sumber protein seperti daging ayam, telur rebus, dan susu.

Puluhan tandan pisang dan buah-buahan lain disiapkan setiap hari untuk makanan satwa. (Foto: Febrianti/JurnalisTravel.com)

Puluhan tandan pisang dan buah-buahan lain disiapkan setiap hari untuk makanan satwa. (Foto: Febrianti/JurnalisTravel.com)

Di sebelah klinik hewan, ada kandang pemeliharaan untuk siamang dan owa yang lebih kecil. Dalam sebuah kandang, tiga ekor owa berusia dua tahunan berayun dan terlihat seperti boneka yang menggemaskan. Satu berwarna hitam seekor bilou Mentawai dan dua lainnya berbulu coklat muda.

Sementara, seekor siamang kecil masih tidur dalam boks hangat di dalam klinik. Khusus untuk owa dan siamang bayi ini dipelihara dokter hewan.

“Seperti merawat bayi, diberi susu, dan yang sudah agak besar diberi buah,” kata Rina Iswati, dokter hewan Kalawet yang merawat keempat primata kecil itu.

Sarapan untuk anak-anak primata ini dimulai dengan pemberian empat karton kecil susu. Untuk tiga owa dalam kandang, susu langsung dituang ke panci dan dengan tangkas langsung diambil dengan menggunakan tangan oleh ketiga owa. Lalu dilanjutkan dengan memakan buah-buahan.

Dokter hewan akan memberi makan pagi seekor anak siamang. (Foto: Febrianti/ JurnalisTravel.com)

Dokter hewan akan memberi makan pagi seekor anak siamang. (Foto: Febrianti/ JurnalisTravel.com)

Setiap melihat anak owa dan siamang yang diserahkan, Rina dirisaukan nasib induknya.

“Anaknya menggemaskan seperti ini, tapi bagaimana nasib induknya, pasti sudah dibunuh,” kata  Rina.

Primata yang diterima Kalaweit sebagian besar dari sitaan dan lainnya dari serahan masyarakat kepada Balai Konservasi Sumber Daya Alam yang dititipkan ke Kalaweit untuk persiapan diliarkan dan dikembalikan ke habitatnya. Siamang dan owa ini biasanya adalah hewan peliharaan sedari kecil, sehingga sudah terbiasa dengan kehidupan manusia.

Bahkan makanannya juga sudah seperti manusia, biasa diberi roti. Mereka hewan peliharaan sejak kecil, dan saat mulai remaja, primata ini mulai agresif, bisa mencakar atau menggigit, saat itulah pemiliknya mulai kewalahan dan menyerahkannya kepada BKSDA.

Dokter hewan memberi makan siamang. (Foto: Febrianti/JurnalisTravel.com)

Dokter hewan memberi makan siamang. (Foto: Febrianti/JurnalisTravel.com)

Satwa baru yang masuk ke Kalaweit langsung dibiasakan memakan buah dan pucuk daun, seperti makanan pada habitat aslinya. Satwa yang dewasa mulai dicarikan pasangan yang cocok.

Siamang dan owa yang telah mendapat pasangan yang cocok akan ditempatkan dalam satu kandang. Bahkan kini ada tiga pasangan owa dan enam pasangan siamang yang merawat anaknya dalam kandang.

Sebelum dilepasliarkan, para satwa ini harus dicarikan pasangan, karena di alam mereka nanti tidak percaya diri untuk mencari pasangannya. Siamang dan owa bersifat monogami.

Halaman:

Dapatkan update terkini Jurnalistravel.com melalui Google News.

Baca Juga

Terancam Punah, Unand-Swara Owa Survei 6 Primata Endemik Mentawai
Terancam Punah, Unand-Swara Owa Survei 6 Primata Endemik Mentawai
Bertemu Primata Langka Siberut yang Paling Terancam di Dunia
Bertemu Primata Langka Siberut yang Paling Terancam di Dunia
Terancamnya Primata Endemik di Mentawai
Terancamnya Primata Endemik di Mentawai
Primata Endemik Mentawai di Hutan Paleonan
Primata Endemik Mentawai di Hutan Paleonan
Banjir
Banjir Lebih Sebulan Melanda Dataran Tinggi Kerinci
krisis air
Krisis Air di Empat Pulau Mentawai, Kenapa Bisa Terjadi?