200 TANDAN PISANG
Dengan lingkungan yang nyaman dan makanan yang selalu terjaga, sebagian besar satwa terlihat sehat dan bugar.
Dalam seminggu, primata-primata di tempat rehabilitasi ini menghabiskan 200 tandan pisang, 100 kilogram papaya, 100 kilogram wortel, 200 kilogram semangka, dan 100 kilogram nanas. Ditambah sumber protein seperti daging ayam, telur rebus, dan susu.
Di sebelah klinik hewan, ada kandang pemeliharaan untuk siamang dan owa yang lebih kecil. Dalam sebuah kandang, tiga ekor owa berusia dua tahunan berayun dan terlihat seperti boneka yang menggemaskan. Satu berwarna hitam seekor bilou Mentawai dan dua lainnya berbulu coklat muda.
Sementara, seekor siamang kecil masih tidur dalam boks hangat di dalam klinik. Khusus untuk owa dan siamang bayi ini dipelihara dokter hewan.
“Seperti merawat bayi, diberi susu, dan yang sudah agak besar diberi buah,” kata Rina Iswati, dokter hewan Kalawet yang merawat keempat primata kecil itu.
Sarapan untuk anak-anak primata ini dimulai dengan pemberian empat karton kecil susu. Untuk tiga owa dalam kandang, susu langsung dituang ke panci dan dengan tangkas langsung diambil dengan menggunakan tangan oleh ketiga owa. Lalu dilanjutkan dengan memakan buah-buahan.
Setiap melihat anak owa dan siamang yang diserahkan, Rina dirisaukan nasib induknya.
“Anaknya menggemaskan seperti ini, tapi bagaimana nasib induknya, pasti sudah dibunuh,” kata Rina.
Primata yang diterima Kalaweit sebagian besar dari sitaan dan lainnya dari serahan masyarakat kepada Balai Konservasi Sumber Daya Alam yang dititipkan ke Kalaweit untuk persiapan diliarkan dan dikembalikan ke habitatnya. Siamang dan owa ini biasanya adalah hewan peliharaan sedari kecil, sehingga sudah terbiasa dengan kehidupan manusia.
Bahkan makanannya juga sudah seperti manusia, biasa diberi roti. Mereka hewan peliharaan sejak kecil, dan saat mulai remaja, primata ini mulai agresif, bisa mencakar atau menggigit, saat itulah pemiliknya mulai kewalahan dan menyerahkannya kepada BKSDA.
Satwa baru yang masuk ke Kalaweit langsung dibiasakan memakan buah dan pucuk daun, seperti makanan pada habitat aslinya. Satwa yang dewasa mulai dicarikan pasangan yang cocok.
Siamang dan owa yang telah mendapat pasangan yang cocok akan ditempatkan dalam satu kandang. Bahkan kini ada tiga pasangan owa dan enam pasangan siamang yang merawat anaknya dalam kandang.
Sebelum dilepasliarkan, para satwa ini harus dicarikan pasangan, karena di alam mereka nanti tidak percaya diri untuk mencari pasangannya. Siamang dan owa bersifat monogami.