INGAT lemang orang langsung mengaitkan dengan tradisi keagamaan. Ini tidak salah, karena lemang merupakan tradisi yang berkaitan dengan menyambut perayaan keagamaan bagi muslim tradisional di sebagian besar Pulau Sumatera, sebagian Kalimantan, Sulawesi, Jawa, bahkan juga Malaysia.
Menyambut Ramadan, Idul Fitri, Idul Adha, dan Maulid Nabi Muhammad SAW muslim tradisional di daerah tersebut memasak lemang. Lemang adalah makanan dari beras ketan dicampur santan atau bahan lain yang dimasak dalam batang bambu tipis yang disebut “buluh”. Makanan seperti paralon sebesar kaleng sarden inilah dipotong dan siap disantap.
Meski kisah ini perlu ditelusuri lebih lanjut kesahihannya, Sumatera Barat diyakini sebagai tanah kelahiran lemang yang dalam bahasa Minang disebut “lamang”. Ini tradisi makanan yang berkaitan dengan ajaran Islam Syattariyah yang dibawa seorang ulama bernama Syech Burhanuddin di Ulakan, Padangpariaman pada 1680.
Konon ulama ini menyiasati agar hidangan penduduk yang mayoritas masih memakai cara Hindu-Budha bisa halal disantapnya bersama pengikutnya. Ia menyarankan setiap acara agama disajikan makanan yang dimasak dalam bambu yang disebut lemang.
Tak aneh jika pengikut Syattariyah di Sumatera Barat khusus selalu membuat lemang jika menyambut perayaan keagamaan. Bahkan juga melakukan tradisi membuat lemang yang disebut “malamang” ketika memperingati acara kematian.
Bahan lemang beraneka macam. Lemang paling umum dibuat adalah lemang pulut dari beras ketan putih dicampur santan. Lemang ini mirip ketupat pulut yang biasa dibuat menjelang Idul Fitri.
Lemang lain adalah lemang pisang, lemang kanji yang bahannya mirip dodol, dan lemang kuning. Lemang kuning yang dibuat dari tepung beras dicampur kunyit dan air kelapa tua biasanya dibuat pada saat peringatan kematian anggota keluarga.
Kini melemang sudah mulai berkurang dilakukan penduduk di Sumatera Barat. Cara membuat lemang yang rumit dan lama, ditambah biaya cukup besar sebagai alasan utama. Penduduk yang membuat lemang menyambut Ramadan, Idul Fitri, Idul Adha, maupun Maulid Nabi Muhammad SAW sudah mulai berkurang.
Meski begitu, penjual lemang di pasar tradisional seperti Pasar Raya Padang masih bisa ditemukan. Rasa lemang yang enak dan cocok membuat orang beralih membeli di sana.
Penjual lemang kebanjiran pembeli ketika menjelang Ramadan, Idul Fitri, atau Idul Adha. Anda bisa membelinya per potong atau per batang. Juga bisa membeli tapai hitam untuk campuran memakan lemang pulut. Di saat musim durian seperti Juli-Agustus, lemang pulut juga biasa dimakan dengan durian.
Tradisi membuat lemang di Sumatera Barat mendapat perhatian serius dari pemerintah. Setidaknya Pemerintah Kota Padang setiap tahun sejak 2007 mengadakan festival memasak lemang. Lomba yang diadakan di objek wisata Pantai Padang ini diikuti kelompok warga dari berbagai kelurahan.
Beberapa tahun lalu lalu, lomba mewajibkan peserta mengangkat kembali aneka jenis lemang yang pernah dibuat. Selain itu peserta juga dianjurkan membuat lemang dari bahan baru.
Maka aneka jenis lemang yang tak lagi dikenal atau jenis baru pun muncul di festival ini. Misalnya ada lemang labu yang dalam bahasa Minang disebut “Lemang Kundua”. Lemang ini terbuat dari isi labu yang dihancurkan, dicampur dengan tepung beras, cairan gula merah, dan santan kelapa. Ini adonan tak lazim dikenal untuk lemang.
“Sebenarnya lemang dari ‘kundua’ ini zaman dulu di Padang sudah biasa dibuat, tapi akhir-akhir ini jarang orang yang membuatnya, jadi seperti terlihat sebagai lemang jenis baru sekarang,” kata seorang peserta.
Menurutnya, zaman dulu masyarakat pinggiran Kota Padang sering membuat aneka lemang dari bahan yang biasa ditanam, misalnya jagung, singkong, ubi jalar, dan pisang. Tapi variasi lemang seperti ini sudah jarang dibuat. Umumnya orang hanya membuat lemang ketan atau juga disebut lemang pulut.
Jenis lemang baru hasil kreasi peserta juga ada, di antaranya lemang stroberi, lemang durian, dan lemang coklat. Lemang-lemang variasi baru ini menambah deret jenis lemang. Lemang kreasi ini tentu saja menjauhkan fungsinya semula sebagai tradisi keagamaan. Tapi sekadar makanan khas asal Sumatra Barat yang disiap disajikan kepada siapa saja.
Tapi lemang-lemang jenis baru ini belum muncul di Pasar Raya Padang. Anda yang ingin mencicip, tunggu saja. Jika ingin mencicip sekarang bisa beli lemang pulut putih, lemang pulut hitam, lemang baluo (lemang ketan putih dengan inti dari kelapa berwarna coklat tua karena dicampur gula merah), dan lemang pisang.
Saya pernah melihat pembeli dari luar provinsi memesan lemang pulut putih untuk dimakan dengan rendang di “Pasar Pabukoan” Pasar Raya Padang. Katanya, lemang juga sangat enak dimakan dengan rendang. Ini paduan unik yang layak dicoba. (Syofiardi Bachyul Jb/JurnalisTravel.com)
Tulisan dan foto-foto ini adalah hak milik JurnalisTravel.com dan dilarang mengambil atau menyalin-tempel di situs lainnya atau keperluan publikasi cetak di media lain tanpa izin. Jika Anda berminat pada tulisan dan foto bisa menghubungi redaksi@jurnalistravel.com untuk keterangan lebih lanjut. Kami sangat berterima kasih jika Anda menyukai tulisan dan foto untuk diketahui orang lain dengan menyebarkan tautan (link) ke situs ini. Kutipan paling banyak dua paragraf untuk pengantar tautan kami perbolehkan. (REDAKSI)