BAHAN DAN ALAT MENATO
Bahan pewarna tato adalah olahan jelaga bekas asap tungku dapur dicampur air tebu. Sedangkan penusuknya adalah jarum yang diikatkan ke sebatang kayu kecil. Lalu dipukul-pukul dengan kayu kecil lainnya untuk menusukkan ke kulit.
Tapi jarum diolesi cairan pewarna dulu sebelum ditusukkan. Zaman dulu pembuatan pola dilakukan dengan arang, tapi sekarang bisa dengan balpoin, karena lebih mudah.
“Sakitnya minta ampun,” kata Ruslianus Sabelau yang juga pegawai pemerintah di Mentawai setelah tato lambang matahari menempel di bahunya.
Tentu saja sakit, karena kulit tidak diolesi obat apapun untuk pengurang rasa sakit.
Josep Teuki yang akrab dipanggil “Aman Lauk-Lauk” (artinya Ayah di Lauk-Lauk) mengatakan, untuk menjadi sipatiti perlu latihan pertama kali kepada kulit batang pisang. Itu untuk melatih kedalaman tusukan jarum. Perlu kemahiran merajahkan jarum, tentunya, terutama jika tatonya berada di leher seperti milik orang Mentawai tradisional.
“Bunyinya jika menato pangkal leher terdengar seperti memukul pipa paralon,” kata seorang sikerei kepada JurnalisTravel.com.
Jika ditato satu lambang matahari saja sakitnya minta ampun, betapa luar biasanya orang Mentawai yang bertato di sekujur tubuh.
Menurut Aman Lauk-Lauk, tidak banyak perbedaan tato antara satu kampung dengan kampung lainnya di Mentawai. Kadangkala perbedaan terjadi karena kreasi sipatiti atau keinginan yang ditato agar tampil sedikit beda.
Namun garis bermakna nyaris sama yang melambangkan keuletan orang Mentawai. Misalnya gambar lambang panah di dada yang bermakna orang Mentawai seperti panah. Sabetan parang di pipi yang melambangkan orang Mentawai mahir menggunakan parang untuk pekerjaan sehari-hari.
Duri manau di lengan penanda apa yang dikerjakan bisa selesai. Kail di punggung telapak tangan sebagai lambang kedua tangan yang siap mendapatkan sesuatu untuk hidup. (Syofiardi Bachyul Jb/JurnalisTravel.com)
CATATAN: Tulisan dan foto-foto (berlogo) ini adalah milik JurnalisTravel.com. Dilarang menyalin-tempel di situs lainnya atau keperluan publikasi cetak tanpa izin. Jika berminat bisa menghubungi redaksi@jurnalistravel.com. Terima kasih untuk anda bantu bagikan dengan tautan.(REDAKSI)